Maafkan aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk membuatmu bahagia hanya cinta yang bisa ku berikan saat ini Tapi kau harus pergi untuk selamanya
Aku berjalan menuju kediaman pak hendra, pelan dan sambil berbincang kecil. Asap dan suara bising lalu lalang kendaraan serta suara aktivitas jalanan mewarnai perjalananku hingga tiba di tempat kediaman pak hendra. Aku dan rio di sambut dengan senyum hangat pak hendra.
“Silahkan duduk, bagaimana perjalanan dari bandung?” tanya pak hendra santai.
“Iya terima kasih, tadi sedikit macet.” Aku dan rio duduk.
“Begini arya dan rio, saya ingin kalian menjadi konsultan rencananya menjadi petugas pendamping mungkin nanti akan ada program pemerintah yang di tugaskan ke kecamatan.”
“Kita pak?” tanyaku keheranan.
“Iya kalian, saya rasa kalian mampu karena saya tahu kalian sudah mahir komputer dan internet, saya ingin kalian bekerja sama dengan baik nanti dan bersikap yang baik.”
“Siap pak.” Jawabku sambil menganggukkan kepala.
“Jadilah emas diantara lumpur yang kotor, tetaplah berkilau dimanapun kalian berada, usia kalian masih muda masih panjang karir yang akan kalian tempuh.”
Makna yang begitu dalam memberikan harapan yang pasti. Terkadang orang tua mempunyai filosofi yang baik untuk di jadikan panutan dan semangat motivasi untuk menjalani kehidupan. Aku dan rio berpamitan pulang tapi aku masih ingin menginap satu malam dan menikmati sejuknya kota suabumi. Aku dan rio menuju ke kediaman pak mulya untuk bermalam. Di dekat perkebunan teh goalpara kami berlabuh, di sambut hangat oleh senyum manis nenek dan pak mulya.
“Gimana gimana gimana?” sapa pak mulya.
“Baik pak, gimana kabarnya pak?” tanya rio sambil duduk di kursi.
“Alhamdulillah baik, calon executive muda.” Pak mulya tersenyum.
Pak mulya bagi aku dan rio adalah guru motivator terhebat yang pernah kami kenal. Memaknai kehidupan ini sebagai proses yang selalu ada jalan pintas untuk meraih kesuksesan. Kata yang selalu ku ingat yang di ajarkan pak mulya “Cara tercepat untuk meraih kesuksesan adalah belajar dari orang yang sudah sukses pada bidangnya temukan cara dan metodenya lalu ikuti langkahnya”. Ketika aku duduk bersama pak mulya, aku selalu bertukar fikiran mengenai kehidupan ini.
Segelas teh hangat yang di bawakan nenek menyegarkan tenggorakanku yang mulai mengering. Aku bersyukur akhir-akhir ini aku bertemu dengan orang-orang hebat yang pantang menyerah menghadapi kehidupan yang keras ini. Aku banyak melihat dari mereka yang mempunyai trek record kehidupan yang baik, jatuh bangun menghadapi kehidupan dan tetap bertahan menuju tangga kesuksesan.
“Bukan seberapa banyak kita mengalami kegagalan tapi seberapa banyak kita mampu memaknai kegagalan dengan berfikir positif dan mengambil kekuatan dari setiap kejadian untuk di jadikan pelajaran yang berarti untuk menata masa depan yang lebih baik.”
“Iya pak, kita juga sering cepat kecewa dan mengeluh sehingga menutup pelajaran yang seharusnya kita dapatkan dari setiap kejadian yang kami alami.” Ucapku sambil menegug teh hangat buatan nenek.
“Itu dia masalahnya, maka tanamkanlah dalam fikiran kalian bahwa selalu ada kebaikan di balik setiap kejadian yang kalian alami.” Pak mulya menatap lembut padaku dan rio.
Hari mulai malam dan udara dingin mulai merasuk ke dalam sendi-sendi tubuhku. Mataku mulai ngantuk tapi rio masih tampak segar senyum-senyum sendiri, rupanya dia masih sms-an dengan ceweknya. Aku membaringkan tubuhku dan terlelap dalam dinginnnya malam. Aku di kagetkan oleh bunyi sms di tengah malam.
“Ass, a’ apa kabar? Windi pingin curhat, windi lagi ada masalah serasa badan ini lemas tak berdaya, kenapa semua orang gak mau ada yang ngerti windi” Sms windi.
Aku langsung menelphone tapi disambut dengan “sisa pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini …”. Sedikit kecewa kenapa harus di saat yang aku butuhkan seperti ini aku tidak bisa menghubunginya. Ku coba mengecek pulsa dan tampak pulsaku tinggal Rp 340, ini hanya cukup untuk dua sms saja, aku melihat rio sudah terlelap dan pak mulya juga. Aku tidak enak untuk membangunkan salah satu dari mereka untuk pinjam pulsa sehingga aku hanya bisa membalas sms-nya.
“Kabar baik, de windi kemana aja menghilang tanpa jejak. Cerita aja ada masalah apa? Apa yang bisa aa bantu?”.
“Gak tahu a’, maafin windi, belum saatnya aa tahu tapi tolong do’anya semoga windi bisa melewati ini semua, windi janji suatu saat nanti windi akan ceritakan semuanya ke aa.”
Aku bingung, dia ingin curhat tapi tidak memberitahukan masalah utama yang di hadapinya. Aku gak tahu harus memberi saran apa, no problem no solution terlintas dalam fikiranku pasti ini ada hubunganya denganku yang sangat berpengaruh padaku jika aku tahu. Mungkin windi masih menjaga perasaanku atau mungkin ini masalah kecil yang masih bisa ia tanganin sendiri. Mungkin mungkin dan mungkin… berbisik dalam hatiku.
“Iya, de windi yang sabar ya mungkin hanya itu yang bisa aa sarankan, aa selalu mendo’akan yang terbaik untukmu, kalo boleh aa tahu de windi cerita saja biar lega.”
“Maafin aku, belum saatnya aa tahu, windi bingung banget kepala windi pusing banget sekarang a’, makasih a’ udah nemenin windi malam ini.”
Semoga saja tidak terjadi apa-apa padanya ucapku dalam hati. Aku gak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya mungkin menunggu pagi itu yang bisa ku lakukan. Tidak biasanya windi menyembunyikan masalahnya padaku padahal ia selalu terbuka dan apa adanya. Resahku dalam tidurku hingga pagi tiba aku langsung mencari tempat yang menjual pulsa. Setelah pulsaku cukup aku coba kembali untuk menelphonenya tapi windi tidak mengangkat telphone dariku, ku coba dan ku coba lagi tetap saja kondisi yang ku dapatkan sama windi tidak mengangkat telphonnya.
Aku yakin windi ingin sendiri dulu tidak ingin di ganggu, dari sifatnya yang aku kenal dia pasti bisa mengatasi semua ini dengan solusi terbaik. Sang mentari sudah mulai gagah bertengger memancarkan senyum manisnya, aku dan rio kembali ke kota bandung tercinta. Dengan menghela nafas panjang menghirup udara sejuk aku melangkah.
“Ass, a’ sholat subuh.” Sms singkat windi.
“Iya, sebentar lagi.” Aku membalas sms dengan mata yang masih terbuka setengah.
Aku membaca sms windi dan beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Ku basuh mukaku dengan air wudhu yang sedikit terasa dingin, ku pejamkan mata sejenak membayangkan wajah windi. Sedikit menggelengkan kepala aku melangkah kembali ke kamar, menenangkan jiwaku dengan shalat dan dzikir yang terlantun pelan.
“Semangat … semangat… semangat …” sms singkatku pada windi.
Smsku tidak di balas apalagi jika aku menelphonenya, sikapnya yang tak lazim membuatku semakin penasaran dengan tingkahnya. Hari menjelang siang aku dan sem pergi ke agen distributor mengecek hasil penjualan cd. Aku berharap penjalan bulan ini membaik dari bulan sebelumnya. Lumayan dapat dua ratus delapan puluh empat ribu lima ratus rupiah.
“Sem…, gimana kita belum ngasih sama sekali uang ke selvi untuk modal yang kita pinjam?” tanyaku sambil menata uang yang ku pegang.
“Iya ya, Ya sudah begini saja untuk penjualan kali ini untuk nyicil saja.” Balas sem sambil tersenyum.
“Oke, berarti dua ratus delapan puluh ribu buat selvi, empat ribu kita bagi dua dan lima ratus buat parkir, ini bagianmu dua ribu aku dua ribu.”
“Haa haa(tertawa bersama), lumayan dua ribu.” Sem memegang uang dua ribu sambil tertawa.
Aku dan sem duduk bersama memandangi uang dua ribu yang baru kita dapatkan dari penjualan bulan ini. Saling tersenyum, saling berbagi rasa, bahagia walaupun hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan harapkan yang di inginkan. Hasil jerih payah dengan keringat sendiri lebih berharga dari pada melakukan kejahatan.
“Nasib … nasib …!!!, lumayan buat beli gorengan.” Ucap sem sambil beranjak kembali ke kamarnya.
“Iya lumayan bisa beli bubur sum-sum.” Balasku dengan senyuman.
Dari pada pusing aku membuka situs pertemanan facebook untuk update status, ingin ku tuliskan uang dua ribu yang ku dapatkan hari ini. Aku melihat pada inbox ada pesan masuk, tanpa basa basi aku langsung membukanya. Sejenak aku terpaku melihat tulisan yang ada di depanku, ku baca pelan dan berulang-ulang. Aku tersenyum kecil dan seakan tak percaya aku tertawa sendiri.
“Windi July 29 at 3:41pm
Assalamualaikum! a’, apa kabar? a’, insya Alloh tanggal tiga agustus windi mau merit...kalo ada waktu datang ya!!”
Jantungku berdebar kencang semakin lama semakin tak terkendali. Aku masih belum percaya dengan apa yang aku lihat dan aku merasa windi bercanda dengan pesan yang di tulisnya untukku. Aku buka wall di facebook windi ku baca satu persatu memang benar ia akan melangsungkan pernikahan. Dari cerita pesta lajang, ada yang memberi selamat dan ucapan syukur atas berkah yang di berikan Allah untukknya.
Aku tidak pandai mengekspreskan kesedihanku hanya tersenyum kecil dan menghela nafas panjang lalu terdiam dan sepi. Aku mendengar suara riuh dari luar kamar yang menarikku keluar, tampak teman-teman kosan sedang asyik bermain layangan. Aku menghampiri mereka dengan senyum dan gaya cengar-cengir seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Mungkin ini bukan pertama kalinya aku patah hati dan aku lebih siap untuk semua ini. Cinta memang memilih dan bukan aku yang terpilih untuk saat ini untuk menemani windi menjadi pendamping hidupnya. Jantungku yang berdebar tak beraturan mulai mereda ketika ada gelak tawa mewarnai suasana hatiku. Inilah hidup, kesedihan yang kita alami bisa sedikit terobati dengan pertemanan walaupun tak bisa menghapus lukanya.
Sesekali aku terdiam dan melamun menatap kosong ke depan, kesedihanku tak bisa sepenuhnya aku tutupi yang terkadang terpancar keluar. Hari menjelang malam aku mengajak sem membeli pecel lele yang agak jauh tempatnya agar agak lama berada di luar kosan, bisa stress aku jika kembali ke kamar. Aku merasa harus ada celebration untuk mengenangnya supaya lebih mendalam dan dramatis. Aku berfikir keras, haruskah aku berteriak-teriak atau menangis tersedu-sedu dan tiba-tiba terlintas dalam fikiranku sebotol anggur merah untuk malam ini.
“Sem…! di tempat jual jamu sekeloa jual anggur merah?”
“Ada kayaknya, biasanya untuk campuran jamu.”
“Kita mampir kesana dulu ya, aku mau beli.”
“Mau kesana?” sem menatapku heran.
“Iya, untuk menghangatkan malam ini”.
Ditambah dengan sedikit es batu membuat rasa pekat menjadi sedikit hambar. Ku teguk sedikit demi sedikit sambil membayangkan wajah windi. Semakin lama aku bayangkan semakin terasa menjijikkan. Satu botol anggur merah tak membuat perubahan apa-apa pada diriku, mungkin effeknya tidak terlalu terasa karena kadar alkohol yang rendah dan di campur es batu. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur dengan berbantal kedua tangan yang di silangkan. Berharap cepat terlelap.
“Gelar … gelar … di gelar …” Terdengar suara surip dari arah kamar sem.
“Gelar Naon yeuh …” jawab sem yang terdengar samar dari kamarku.
“Game Pes 2010.”
Aku mengabaikan suara surip untuk menghampirinya, aku hanya ingin tidur dan terlelap tanpa ada orang yang menggangguku. Semakin lama suara riuh dan gelak tawa semakin menggodaku untuk bergabung dengan mereka. Aku sudah menutup telingaku dengan guling tapi suara mereka tetap terdengar tajam di telingaku dan ketika ada jeritan “Gool…” aku langsung lompat keluar kamar menuju kamar sem.
“Ikutan dong!buat liga saja.” Tanyaku sambil menatap layar monitor.
“Di kirain arya sudah tidur, kamarnya sudah seperti kuburan sepi dan gelap.” balas surip sambil memainkan alisnya.
“Belum, kalian brisik menggodaku untuk ikut bermain.”
Aku menunggu pertandingan antara surip dan sem selesai hingga tiba giliranku. Barcelona ku mainkan dengan sorak sorai, gegap gempita dan suasana malam hanyut dalam rayuan keindahan gelak tawa lupakan sedikit penatku. Malam semakin larut mataku sedikit mengeluarkan air mata yang tak ku inginkan. Ku hapus beberapa kali dan terkadang aku pejamkan untuk meredam mengalirnya air mata semakin deras, ini menandakan mataku sudah mulai lelah.
“Pak guru surip besok ngajar gak?” tanyaku pada surip, surip seorang guru private yang suka bermain game.
“Ada besok jam 10.00 wib di rumah makan sapu lidi.”
“Aku nyerah mataku sudah gak kuat lagi, besok kita lanjutkan.” Aku kembali ke kamar.
Mencoba kembali untuk memejamkan mata tapi seakan debaran jantungku tak mengizinkan untukku terlelap terlalu cepat walaupun mata ini mengatakan tak sanggup lagi menatap dunia. Aku mengigau sendiri Maafkan aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk membuatmu bahagia hanya cinta yang bisa ku berikan saat ini Tapi kau harus pergi untuk selamanya.
Inikah rahasia di balik diammu selama ini menyembunyikan cinta yang lain untuk masa depanmu yang kau rasa lebih baik bersamanya. Aku kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa, aku lemah dan sangat lemah. Mungkin aku tak seperti pejuang cinta yang lain, yang memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan.
Prinsipku salah selama ini aku menganggap cinta akan menunggu sampai tiba saatnya aku siap menjemputnya. Mungkin aku terlalu menghayati cerita romeo dan juliet atau cerita laila majnun yang bertahan pada cinta yang ia yakini dan tidak akan terpisahkan sampai ajal tiba. Baru aku menyadari cinta itu hidup, dapat berfikir logis layaknya manusia, menganalisis dan memilih mana yang terbaik.
Dengan bersiul kecil aku membuat coretan kecil yang tergores indah mengikuti alunan perasaanku yang mendalam. Sebuah harapan, semangat hidup manusia akan meluap-luap ketika ada harapan dalam hidupnya yang bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. Harapan yang indah, harapan dengan senyum manis menatap dunia. Ketika harapan telah sirna maka sirnalah sudah sebagian langkah kakinya, terdiam, terhenti dan terombang-ambing oleh kehidupan.
“Silahkan duduk, bagaimana perjalanan dari bandung?” tanya pak hendra santai.
“Iya terima kasih, tadi sedikit macet.” Aku dan rio duduk.
“Begini arya dan rio, saya ingin kalian menjadi konsultan rencananya menjadi petugas pendamping mungkin nanti akan ada program pemerintah yang di tugaskan ke kecamatan.”
“Kita pak?” tanyaku keheranan.
“Iya kalian, saya rasa kalian mampu karena saya tahu kalian sudah mahir komputer dan internet, saya ingin kalian bekerja sama dengan baik nanti dan bersikap yang baik.”
“Siap pak.” Jawabku sambil menganggukkan kepala.
“Jadilah emas diantara lumpur yang kotor, tetaplah berkilau dimanapun kalian berada, usia kalian masih muda masih panjang karir yang akan kalian tempuh.”
Makna yang begitu dalam memberikan harapan yang pasti. Terkadang orang tua mempunyai filosofi yang baik untuk di jadikan panutan dan semangat motivasi untuk menjalani kehidupan. Aku dan rio berpamitan pulang tapi aku masih ingin menginap satu malam dan menikmati sejuknya kota suabumi. Aku dan rio menuju ke kediaman pak mulya untuk bermalam. Di dekat perkebunan teh goalpara kami berlabuh, di sambut hangat oleh senyum manis nenek dan pak mulya.
“Gimana gimana gimana?” sapa pak mulya.
“Baik pak, gimana kabarnya pak?” tanya rio sambil duduk di kursi.
“Alhamdulillah baik, calon executive muda.” Pak mulya tersenyum.
Pak mulya bagi aku dan rio adalah guru motivator terhebat yang pernah kami kenal. Memaknai kehidupan ini sebagai proses yang selalu ada jalan pintas untuk meraih kesuksesan. Kata yang selalu ku ingat yang di ajarkan pak mulya “Cara tercepat untuk meraih kesuksesan adalah belajar dari orang yang sudah sukses pada bidangnya temukan cara dan metodenya lalu ikuti langkahnya”. Ketika aku duduk bersama pak mulya, aku selalu bertukar fikiran mengenai kehidupan ini.
Segelas teh hangat yang di bawakan nenek menyegarkan tenggorakanku yang mulai mengering. Aku bersyukur akhir-akhir ini aku bertemu dengan orang-orang hebat yang pantang menyerah menghadapi kehidupan yang keras ini. Aku banyak melihat dari mereka yang mempunyai trek record kehidupan yang baik, jatuh bangun menghadapi kehidupan dan tetap bertahan menuju tangga kesuksesan.
“Bukan seberapa banyak kita mengalami kegagalan tapi seberapa banyak kita mampu memaknai kegagalan dengan berfikir positif dan mengambil kekuatan dari setiap kejadian untuk di jadikan pelajaran yang berarti untuk menata masa depan yang lebih baik.”
“Iya pak, kita juga sering cepat kecewa dan mengeluh sehingga menutup pelajaran yang seharusnya kita dapatkan dari setiap kejadian yang kami alami.” Ucapku sambil menegug teh hangat buatan nenek.
“Itu dia masalahnya, maka tanamkanlah dalam fikiran kalian bahwa selalu ada kebaikan di balik setiap kejadian yang kalian alami.” Pak mulya menatap lembut padaku dan rio.
Hari mulai malam dan udara dingin mulai merasuk ke dalam sendi-sendi tubuhku. Mataku mulai ngantuk tapi rio masih tampak segar senyum-senyum sendiri, rupanya dia masih sms-an dengan ceweknya. Aku membaringkan tubuhku dan terlelap dalam dinginnnya malam. Aku di kagetkan oleh bunyi sms di tengah malam.
“Ass, a’ apa kabar? Windi pingin curhat, windi lagi ada masalah serasa badan ini lemas tak berdaya, kenapa semua orang gak mau ada yang ngerti windi” Sms windi.
Aku langsung menelphone tapi disambut dengan “sisa pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini …”. Sedikit kecewa kenapa harus di saat yang aku butuhkan seperti ini aku tidak bisa menghubunginya. Ku coba mengecek pulsa dan tampak pulsaku tinggal Rp 340, ini hanya cukup untuk dua sms saja, aku melihat rio sudah terlelap dan pak mulya juga. Aku tidak enak untuk membangunkan salah satu dari mereka untuk pinjam pulsa sehingga aku hanya bisa membalas sms-nya.
“Kabar baik, de windi kemana aja menghilang tanpa jejak. Cerita aja ada masalah apa? Apa yang bisa aa bantu?”.
“Gak tahu a’, maafin windi, belum saatnya aa tahu tapi tolong do’anya semoga windi bisa melewati ini semua, windi janji suatu saat nanti windi akan ceritakan semuanya ke aa.”
Aku bingung, dia ingin curhat tapi tidak memberitahukan masalah utama yang di hadapinya. Aku gak tahu harus memberi saran apa, no problem no solution terlintas dalam fikiranku pasti ini ada hubunganya denganku yang sangat berpengaruh padaku jika aku tahu. Mungkin windi masih menjaga perasaanku atau mungkin ini masalah kecil yang masih bisa ia tanganin sendiri. Mungkin mungkin dan mungkin… berbisik dalam hatiku.
“Iya, de windi yang sabar ya mungkin hanya itu yang bisa aa sarankan, aa selalu mendo’akan yang terbaik untukmu, kalo boleh aa tahu de windi cerita saja biar lega.”
“Maafin aku, belum saatnya aa tahu, windi bingung banget kepala windi pusing banget sekarang a’, makasih a’ udah nemenin windi malam ini.”
Semoga saja tidak terjadi apa-apa padanya ucapku dalam hati. Aku gak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya mungkin menunggu pagi itu yang bisa ku lakukan. Tidak biasanya windi menyembunyikan masalahnya padaku padahal ia selalu terbuka dan apa adanya. Resahku dalam tidurku hingga pagi tiba aku langsung mencari tempat yang menjual pulsa. Setelah pulsaku cukup aku coba kembali untuk menelphonenya tapi windi tidak mengangkat telphone dariku, ku coba dan ku coba lagi tetap saja kondisi yang ku dapatkan sama windi tidak mengangkat telphonnya.
Aku yakin windi ingin sendiri dulu tidak ingin di ganggu, dari sifatnya yang aku kenal dia pasti bisa mengatasi semua ini dengan solusi terbaik. Sang mentari sudah mulai gagah bertengger memancarkan senyum manisnya, aku dan rio kembali ke kota bandung tercinta. Dengan menghela nafas panjang menghirup udara sejuk aku melangkah.
***
“Ass, a’ sholat subuh.” Sms singkat windi.
“Iya, sebentar lagi.” Aku membalas sms dengan mata yang masih terbuka setengah.
Aku membaca sms windi dan beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Ku basuh mukaku dengan air wudhu yang sedikit terasa dingin, ku pejamkan mata sejenak membayangkan wajah windi. Sedikit menggelengkan kepala aku melangkah kembali ke kamar, menenangkan jiwaku dengan shalat dan dzikir yang terlantun pelan.
“Semangat … semangat… semangat …” sms singkatku pada windi.
Smsku tidak di balas apalagi jika aku menelphonenya, sikapnya yang tak lazim membuatku semakin penasaran dengan tingkahnya. Hari menjelang siang aku dan sem pergi ke agen distributor mengecek hasil penjualan cd. Aku berharap penjalan bulan ini membaik dari bulan sebelumnya. Lumayan dapat dua ratus delapan puluh empat ribu lima ratus rupiah.
“Sem…, gimana kita belum ngasih sama sekali uang ke selvi untuk modal yang kita pinjam?” tanyaku sambil menata uang yang ku pegang.
“Iya ya, Ya sudah begini saja untuk penjualan kali ini untuk nyicil saja.” Balas sem sambil tersenyum.
“Oke, berarti dua ratus delapan puluh ribu buat selvi, empat ribu kita bagi dua dan lima ratus buat parkir, ini bagianmu dua ribu aku dua ribu.”
“Haa haa(tertawa bersama), lumayan dua ribu.” Sem memegang uang dua ribu sambil tertawa.
Aku dan sem duduk bersama memandangi uang dua ribu yang baru kita dapatkan dari penjualan bulan ini. Saling tersenyum, saling berbagi rasa, bahagia walaupun hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan harapkan yang di inginkan. Hasil jerih payah dengan keringat sendiri lebih berharga dari pada melakukan kejahatan.
“Nasib … nasib …!!!, lumayan buat beli gorengan.” Ucap sem sambil beranjak kembali ke kamarnya.
“Iya lumayan bisa beli bubur sum-sum.” Balasku dengan senyuman.
Dari pada pusing aku membuka situs pertemanan facebook untuk update status, ingin ku tuliskan uang dua ribu yang ku dapatkan hari ini. Aku melihat pada inbox ada pesan masuk, tanpa basa basi aku langsung membukanya. Sejenak aku terpaku melihat tulisan yang ada di depanku, ku baca pelan dan berulang-ulang. Aku tersenyum kecil dan seakan tak percaya aku tertawa sendiri.
“Windi July 29 at 3:41pm
Assalamualaikum! a’, apa kabar? a’, insya Alloh tanggal tiga agustus windi mau merit...kalo ada waktu datang ya!!”
Jantungku berdebar kencang semakin lama semakin tak terkendali. Aku masih belum percaya dengan apa yang aku lihat dan aku merasa windi bercanda dengan pesan yang di tulisnya untukku. Aku buka wall di facebook windi ku baca satu persatu memang benar ia akan melangsungkan pernikahan. Dari cerita pesta lajang, ada yang memberi selamat dan ucapan syukur atas berkah yang di berikan Allah untukknya.
Aku tidak pandai mengekspreskan kesedihanku hanya tersenyum kecil dan menghela nafas panjang lalu terdiam dan sepi. Aku mendengar suara riuh dari luar kamar yang menarikku keluar, tampak teman-teman kosan sedang asyik bermain layangan. Aku menghampiri mereka dengan senyum dan gaya cengar-cengir seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Mungkin ini bukan pertama kalinya aku patah hati dan aku lebih siap untuk semua ini. Cinta memang memilih dan bukan aku yang terpilih untuk saat ini untuk menemani windi menjadi pendamping hidupnya. Jantungku yang berdebar tak beraturan mulai mereda ketika ada gelak tawa mewarnai suasana hatiku. Inilah hidup, kesedihan yang kita alami bisa sedikit terobati dengan pertemanan walaupun tak bisa menghapus lukanya.
Sesekali aku terdiam dan melamun menatap kosong ke depan, kesedihanku tak bisa sepenuhnya aku tutupi yang terkadang terpancar keluar. Hari menjelang malam aku mengajak sem membeli pecel lele yang agak jauh tempatnya agar agak lama berada di luar kosan, bisa stress aku jika kembali ke kamar. Aku merasa harus ada celebration untuk mengenangnya supaya lebih mendalam dan dramatis. Aku berfikir keras, haruskah aku berteriak-teriak atau menangis tersedu-sedu dan tiba-tiba terlintas dalam fikiranku sebotol anggur merah untuk malam ini.
“Sem…! di tempat jual jamu sekeloa jual anggur merah?”
“Ada kayaknya, biasanya untuk campuran jamu.”
“Kita mampir kesana dulu ya, aku mau beli.”
“Mau kesana?” sem menatapku heran.
“Iya, untuk menghangatkan malam ini”.
Ditambah dengan sedikit es batu membuat rasa pekat menjadi sedikit hambar. Ku teguk sedikit demi sedikit sambil membayangkan wajah windi. Semakin lama aku bayangkan semakin terasa menjijikkan. Satu botol anggur merah tak membuat perubahan apa-apa pada diriku, mungkin effeknya tidak terlalu terasa karena kadar alkohol yang rendah dan di campur es batu. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur dengan berbantal kedua tangan yang di silangkan. Berharap cepat terlelap.
“Gelar … gelar … di gelar …” Terdengar suara surip dari arah kamar sem.
“Gelar Naon yeuh …” jawab sem yang terdengar samar dari kamarku.
“Game Pes 2010.”
Aku mengabaikan suara surip untuk menghampirinya, aku hanya ingin tidur dan terlelap tanpa ada orang yang menggangguku. Semakin lama suara riuh dan gelak tawa semakin menggodaku untuk bergabung dengan mereka. Aku sudah menutup telingaku dengan guling tapi suara mereka tetap terdengar tajam di telingaku dan ketika ada jeritan “Gool…” aku langsung lompat keluar kamar menuju kamar sem.
“Ikutan dong!buat liga saja.” Tanyaku sambil menatap layar monitor.
“Di kirain arya sudah tidur, kamarnya sudah seperti kuburan sepi dan gelap.” balas surip sambil memainkan alisnya.
“Belum, kalian brisik menggodaku untuk ikut bermain.”
Aku menunggu pertandingan antara surip dan sem selesai hingga tiba giliranku. Barcelona ku mainkan dengan sorak sorai, gegap gempita dan suasana malam hanyut dalam rayuan keindahan gelak tawa lupakan sedikit penatku. Malam semakin larut mataku sedikit mengeluarkan air mata yang tak ku inginkan. Ku hapus beberapa kali dan terkadang aku pejamkan untuk meredam mengalirnya air mata semakin deras, ini menandakan mataku sudah mulai lelah.
“Pak guru surip besok ngajar gak?” tanyaku pada surip, surip seorang guru private yang suka bermain game.
“Ada besok jam 10.00 wib di rumah makan sapu lidi.”
“Aku nyerah mataku sudah gak kuat lagi, besok kita lanjutkan.” Aku kembali ke kamar.
Mencoba kembali untuk memejamkan mata tapi seakan debaran jantungku tak mengizinkan untukku terlelap terlalu cepat walaupun mata ini mengatakan tak sanggup lagi menatap dunia. Aku mengigau sendiri Maafkan aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk membuatmu bahagia hanya cinta yang bisa ku berikan saat ini Tapi kau harus pergi untuk selamanya.
Inikah rahasia di balik diammu selama ini menyembunyikan cinta yang lain untuk masa depanmu yang kau rasa lebih baik bersamanya. Aku kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa, aku lemah dan sangat lemah. Mungkin aku tak seperti pejuang cinta yang lain, yang memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan.
Prinsipku salah selama ini aku menganggap cinta akan menunggu sampai tiba saatnya aku siap menjemputnya. Mungkin aku terlalu menghayati cerita romeo dan juliet atau cerita laila majnun yang bertahan pada cinta yang ia yakini dan tidak akan terpisahkan sampai ajal tiba. Baru aku menyadari cinta itu hidup, dapat berfikir logis layaknya manusia, menganalisis dan memilih mana yang terbaik.
Dengan bersiul kecil aku membuat coretan kecil yang tergores indah mengikuti alunan perasaanku yang mendalam. Sebuah harapan, semangat hidup manusia akan meluap-luap ketika ada harapan dalam hidupnya yang bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. Harapan yang indah, harapan dengan senyum manis menatap dunia. Ketika harapan telah sirna maka sirnalah sudah sebagian langkah kakinya, terdiam, terhenti dan terombang-ambing oleh kehidupan.
Sebuah Harapan
Ku telah jatuh dalam sebuah impian
Mengalir sebuah harapan
Ku telah mencoba terbangkan hatiku dalam duniamu
Menjadi raja di dalam istanamu
Ku telah mencoba semua yang kau inginkan
Tetapi … dirimu …
Ku sadari semua ini berlalu tiada kata lagi
Haruskah ku ingkari semua mimpiku bersama angin lalu
Ku coba datangkan hatiku
Di dalam sebuah mimpi
Haruskah ku ulangi sejuta kata waktu itu kasih ku
Dengarlah … dengarlah sayangku
Kemari dekaplah diriku bersamamu seperti senja itu
Berjuta gemuruh ombak menerpa tubuh kecilku
Tak kuasa menahan semua ini
Diruku telah terpuruk di dalam sebuah hatimu
Sayangku…
Jangan pernah katakan yang sejujurnya
Related Articles :
Ku telah jatuh dalam sebuah impian
Mengalir sebuah harapan
Ku telah mencoba terbangkan hatiku dalam duniamu
Menjadi raja di dalam istanamu
Ku telah mencoba semua yang kau inginkan
Tetapi … dirimu …
Ku sadari semua ini berlalu tiada kata lagi
Haruskah ku ingkari semua mimpiku bersama angin lalu
Ku coba datangkan hatiku
Di dalam sebuah mimpi
Haruskah ku ulangi sejuta kata waktu itu kasih ku
Dengarlah … dengarlah sayangku
Kemari dekaplah diriku bersamamu seperti senja itu
Berjuta gemuruh ombak menerpa tubuh kecilku
Tak kuasa menahan semua ini
Diruku telah terpuruk di dalam sebuah hatimu
Sayangku…
Jangan pernah katakan yang sejujurnya
0 komentar:
Posting Komentar